Demi menguasai dan mengendalikan seluruh warga para bankir terus bekerja untuk menghapuskan secara total transaksi tunai. Dengan sepenuihgnyahanyamenggunakan transaksi digital, seluruh kekayaan warga, yang dititipkan dalam perbankan, 100% dalam kendali bankir. Tak ada lagi yang bisa diambil, ditransaksikan, dan digunakan secara tunai.
Beberapa waktu lalu India menyatakan uang kertas 500 dan 1000 rupee tak lagi berlaku. Australia sedang merencanakan penghapusan uang 50 dolar AS. Demikian pula Uni Eropa hendak menghapus uang kertas 500 euro. Tindakan lain yang sudah mulai dilakukan adalah pembatasan transaksi tunai. Di Perancis maksimum tranaksi tunai dibatasi 1000 euro.
Kini para bankir bergerak lebih sistematis. Dengan menggunakan tangan para boneka mereka, yakni para politisi, inisiatif dibuat di tingkat Uni Eropa. Jelang akhir Januari 2017 lalu, Komisi Eropa, telah mengeluarkan sebuah dokumen berjudul Proposal for an EU Initiative on Restrictions on Payments in Cash. Alasan yang dipakai untuk inisiatif ini, jelas sekali mengada-ada, yaitu “payments in cash are widely used in the financing of terrorist activities.” Pembayaran tunai dimanfaatkan dalam membiayai terorisme!
Jim Rogers, seorang investor dan pengamat bisnis, mengatakan bahwa alasan sesungguhnya dari gerakan penghapusan tunai ini tidak lain adalah para bankir hendak menciptakan kendali total atas warga. Jim menyebutnya sebagai “big brother world government“.
Penghapusan transaksi tunai, berarti sepenuhnya transaksi dilakukan secara digital melalui perbankan, akan menjadi alat kontrol sangat efektif.
“Saat Anda minum secangkir kopi, mereka akan tahu di mana Anda meminumnya, dan berapa cangkir, yang Anda minum. Mereka akan rekam dalam format elektronik,” ujar Jim Rogers